TEMANKU, TERORIS ?



 

TEMANKU, TERORIS ?


PESANTREN ADALAH PILIHAN:

 Keputusan dari Ibu Bapak menyekolahkanku di pondok pesantren tidak serta merta mendapat tanggapan baik dari keluarga besarku. Pro kontra dan pergunjingan keluarga sempat mebuat aku berpikir ulang. Apakah sebaiknya aku memohon pada mereka untuk melanjutkan pendidikan sekolah umum, atau menurut saja pada mereka. Namun, niat itu urung aku sampaiakan sebab aku yakin, apa yang diupayakan Ibu dan Bapak pastilah berdasarkan niat dan rencana yang terbaik.

‘’Setelah nyantri, Kamu mau jadi apa?’’ Pertanyaan itu pernah terlontar dari seorang kerabatku.

    ‘’ Mau jadi manusia yang paham ilmu agama!’’ aku menjawab yakin.

Tampaknya Bapak mengetahui kegundahanku, hingga suatu saat beliau berkata kepadaku.

‘’ Le, niatkan dirimu, belajarlah di pondok dengan penuh ketekunan supaya kelak menjadi orang alim, paham ilmu agama, ‘’ uajar  Bapak bijak.’’ Negara kita ini berutang budi pada pesantren. Sebagian besar tokoh pendiri negara kita berangkat dari pendidikan pesantern!’’ beliau menghidupkan semangatku.

Bapak menceritakan perjalanan Agus Salim, Cokroaminoto, Samanhudi, Ahmad Dahlan, Suwardi, Suryaningrat, Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Syahrir; mereka lahir sebagai pejuang pendidikan agama agama yang kuat. Dari pendidikan agama yang kuat itulah lahir rasa cinta Tanah Air, semangat Kebangsaan, lahir suatu kesadaran kesamarataan dan keadilan. Sehingga, atas berkah dari ridha Allah, pemuda pemuda pejuang itu mampu memperjuangkan kemerdekaan. Kemerdekaan yang memberikan pembebesan sekaligus persatuan bagi bangsa Indonesia yang rakyatnya di bodohkan oleh imperialisme, kolonialisme, dan feodalisme kemerdekaan yang memberi manfaat bagi sebanyak banyaknya umat dari berbagai golongan dan aliran.

‘’Di zaman pergerakan revolusi dan perang kemrdekaan dulu, pesantren menjadi pusat pergerakan. Santri santri muda belajar untuk berjihad memperjuangkan kemerdekaan untuk keluar dari penjajahan Eropa, ‘’samabung Bapak.

Mendengar Bapak bicara demikian, aku semakin mantap memilih pondok sebagai tempat aku menempuh pendidikan lanjut. Apa pun kurang dan lebihnya pondok pesantren, lembaga pendidikan ini memiliki sejara panjang sebagai penyokong kemerdekaan. Pesantren bagiku adalah pilihan, buka pelarian. Aku percaya, niat akan menemukan dan menentukan jalannya sendiri. Mengenai paradigma pesantren bukan sebuah tempat pendidikan modern, aku menemukan jawabannya dari seorang kerabat yang mendukungku masuk pesantren.

‘’ Huda, pengajar di pondok Ngruki itu sebagian besar dari pondok pesantren modern Gontor. Jadi nggak usah minder, yang penting ada kata modernnya, toh ?’’ kata salah seorang kerabatku yang setuju dengan pendidikan pesantren. Maka pondok Al- Mukmin Ngruki adalah pilihan yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar